Jumat, 25 Oktober 2019

Tari Saman dari Aceh

sumber-httpswww


Tari Saman merupakan tarian tradisional suku Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam yang diciptakan oleh seorang ulama terpandang, Syekh Saman di abad ke-14. Sebelum diakui sebagai warisan budaya dunia tak benda dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB, Unesco, tarian ini memiliki kisah menarik yang perlu untuk diketahui.


sejarah munculnya tari saman, pada mulanya, tari ini hanyalah permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane yang berarti menempuk tangan sembari bernyanyi. Pok Ane sering dimainkan oleh remaja laki-laki untuk menghabiskan waktu selepas pulang sekolah, mengaji maupun bekerja di sawah.

Sejak agama Islam mulai menyebar di Tanah Rencong, Pok Ane mengalami perkembangan pesat. Tarian mulai diiringi lantunan syair berisikan pujian terhadap Sang Khalik. Tak hanya itu saja, tarian ini pun dijadikan alat dakwah untuk menyebarluaskan Islam.

Tari Saman kerap disamakan dengan tari Ratoek Dueh, padahal sejatinya kedua tarian tersebut berbeda. Perbedaan utama adalah pemain; tari Ratoek Dueh dimainkan oleh wanita dengan bilangan genap, sedangkan Saman dimainkan oleh pria dengan jumlah pemain ganjil.

Syair yang digunakan pun berbeda, Saman menggunakan bahasa Gayo dengan seorang Syekh di bagian tengah formasi penari. Sementara tari Ratoek Dueh memakai bahasa Aceh dengan dua orang Syahi (penyanyi syair) yang berada di luar susunan penari.

Berbeda dengan  Tari Ratoek Dueh yang memiliki gerakan sederhana dan diiringi Rapai, alat musik tradisional Aceh, Saman terbagi dalam sejumlah gerakan, yakni rengum, dering, salam, uluni lagu, lagiu, anakni lagu, dan penutup tanpa adanya musik pengiring.

Perbedaan mencolok lainnya terletak pada kostum. Pakaian yang dikenakan penari Saman adalah baju kantong bermotif kerawang dengan warna dasar hitam dan warna merah, putih, kuning, dan hijau sebagai motifnya. Kostum tersebut dilengkapi dengan ikat kepala, bulang teleng yang diberi daun kepies.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar